Badai Kelam
Ilustrasi: pixabay |
By: Airi Altairaksa
Betapa hujan silam itu terulang kembali
Petir memecut
Hati tercabik
Mimpi indah seakan hangus terbakar api kelam
Teriak-teriak duka membuatku takut getir
Sayat-sayat meremas dadaku
Kian deras darah terus membasah tanah pijakku
Seperti di saat sang kupu-kupu menusuk jantungku
Sang kupu-kupu pernah berulang membunuhku
Ia hinakan daku
Menginjak, membantai relung bertubi-tubi
Apa kau tak tahu betapa cinta itu jauh lebih berharharga daripada setumpuk berlian dan tahta?
belaku kala itu
Sang kupu-kupu tertawa dan berketus, pantaskah makhluk buangan seperti dirikau menginjakkan kaki di hatiku?
Aku terjatuh tersungkur penuh darah
Gelombang badai telah menyeretku ke tempat jauh
Aku terdampar di tempat asing
Aku dimana sekarang? Tanyaku penuh kebingungan
Betapa sepinya di pengasingan itu
Pun darah dan air mata melebur menjadi hujan
Tak dinyana
Badai kelam itu datang lagi
Seperti hantu datang tak dijemput pergi tak dihantar
Tamday, 09/03/20
Terima Kasih Telah Berkunjung
Jika mengutip harap berikan link DOFOLLOW yang menuju pada artikel Badai Kelam ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatian anda
Jika mengutip harap berikan link DOFOLLOW yang menuju pada artikel Badai Kelam ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatian anda
0 Response to "Badai Kelam"
Posting Komentar