Permainan Tradisional vs Game Modern
Sumber ilustrasi: www.parenting77.com |
Hai, Sahabat Paragraf. Bertemu kembali dengan Paragaraf yang selalu
terupdate. Mimin kali ini akan mengupas
pertarungan permainan tradisinonal dengan game modern di era teknologi. Wah,
bakalan seru nih. Seperti apa ya, pertarungan tersebut? Lanjut!
Jika kita kembali mengingat era jadul
banget, kita mengenal dengan sebuah permainan ala kampung. Misalkan, permainan susun
genting, permainan karet, permainan kelereng dan permainan lainnya yang mungkin
bagi yang pernah di era tersebut merasakan sebuah permainan yang sangat
mengasyikkan.
Semua jenis permainan tersebut
merupakan cara anak kampung untuk mencari hiburan di sela-sela waktu senggang.
Lebih serunya nih, permainan tersebut tak dilakukan secara sendiri-sendiri,
Sahabat Paragraf, melainkan dilakukan secara ramai-ramai bersama teman-teman. Biasanya,
hal itu sering dilakukan pada hari libur, atau sepulang sekolah. Bahkan, dari
semua permainan tersebut, tak cuma diminati anak-anak dibawah umur loh, orang
dewasa pun ikut menikmati permainan yang selalu bikin senang.
Akan tetapi, sejak hadirnya
tekenologi seperti vediogame pada gadget dan sejenisnya, permainan tradisionl
sudah mulai ditinggalkan dan lebih tertarik permainan yang dianggap lebih trend
dan lebih praktis. Faktanya, game yang disediakan melalui online atau yang sudah
teraplikasi di layar android memang sudah sangat mudah dilakukan atau tidak
perlu keluar rumah bersama teman-teman. Seperti yang kita lihat, jarang sekali
anak-anak bermain di halaman dengan sebuah permainan tradisional sebagaimana
era 90-an.
Semakin menjamurnya teknologi, pula
semakin ditinggalkan produk lokal. Semakin jauh pula anak-anak mengenal
permainan yang justru lebih mengandung nilai sosial dan budaya. Sehingga,
berefek kampug berasa lebih sunyi. Satu contoh saja, di masa-masa permainan
lokal masih diminati anak-anak, mereka akan lebih sering kumpul bareng di suatu
tempat tanpa dipandu siapa pun. Dimana ada suatu tongkrongan, disitulah ada
permainan yang membuat mereka selalu ceria. Beda banget sejak game digital
sudah diperkenalkan secara instan, acara kumpul bareng dan bermain bareng sudah
mulai menyurut. Kampung serasa lebih sepi.
Game kekinian memang cukup menarik
dan praktis digunakannya. Akan tetapi, di sisi lain, hal tersebut akan berdampak
terhadap perkembangan mental dan sosio-emosional anak. Kita lihat faktanya, pecandu
game lebih sedikit memperhatikan lingkungan secara langsung. Meskipun mereka
duduk bareng di satu tempat dengan yang lain, tapi lebih sedikit ngobrol atau
bercanda dengan yang lain. Seakan, dunia mereka lebih mementingkan hidup
masing-masing. Suasananya pun serasa kurang asyik.
Kalau di kampung mimin nih, dulu
ketika kita ngumpul bareng, ada-ada saja yang mau dijadikan obrolan.
Bercerita-cerita sebuah dongeng yang pernah diceritakan para orang tua kita.
Sekarang, dimana ngumpul, justru mereka lebih banyak bermain game.
Menurut Iswinarti, penelitian
pengaruh teknologi digital seperti videogame dan komputer terhadap perkembangan
anak telah menunjukkan hasil yang konsisten. Penggunaan internet dalam bermain
game atau game online cecara pontensial akan menimbulkan bahaya kesehatan fisik
dan mental. Agresivitas merupakan salah satu efek yang berarti dari bermain
videogame terebut.
“Sebagian besar, game digital mengandung
elemen kekerasan seperti perkelahian dan pengrusakan yang menyebabkan kematian
atau kecelakaan orang lain,” katanya dalam mempertahankan disertasi ‘Pengaruh
Permainan Tradisional Melalui Metode Experiental Learning terhadap Kompetensi
Sosial Anak Usia Sekolah’.[1]
Berbeda halnya dengan game
tradisional yang kita kenal, Sahabat Paragraf, bahwa, permainan tersebut lebih mengandung
filosofis yang dapat mendorong perkembangan mental anak. Satu contoh yang kita
kenal permainan susun genting di kampung Mimin. Namun, sebelum lanjut, ijinkan mimin
mengupas sedikit detail seperti apa permainan susun genting tersebut menurut di
kampung mimin Sampang Utara.
Sumber ilustrasi: www.budayajawa.id |
Permainan susun genting yang dikenal
istilah boi-boaian bagi orang jawa atau permainan bal-balan (istilah orang Madura Sampang Utara), dilakukan oleh
beberapa anggota yang tidak terbatas. Boleh sepuluh sampai lebih pun tidak jadi
masalah. Alat permainan terdiri dari beberapa pecahan genting secukupnya ketika
disusun. Ditambah lagi sebuah batu agak pipih sebagai alat pelempar.
Pecah-pecahan genting tersebut disusun sampai tidak tersisa.
Nah, setiap pemain melemparinya dari
jarak sekitar tujuh meter sampai lima belas meter. Tergantung kesepakatan tim.
Jika salah satu peserta tidak dapat mengenai susunan benda tersebut, tapi
peserta berikutnya dapat merobohkannya, maka peserta yang sebelumnya itu dianggap
kalah dan mempunyai tugas sebagaimana yang sudah ditentukan. Semua anggota pemenang
meninggalkan area lapangan untuk bersembunyi di suatu tempat yang sulit
dijangkau oleh pemain kalah. Dan, yang kalah tersebut mempunyai tugas
menyelesaikan susunan genting agar kembali utuh seperti semula, kemudian
mencari anggota lain hingga menemukan sejumlah tim.
Nah, filosofis permainan tersebut, menurut
pakar psikolog, bahwa permainan tersebut dapat menunjang kualitas anak (pertumbuhan
mentalitas dan kreatifitas). Gambarannya, menyusun genting sampai selesai merupakan
satu cara untuk melatih anak bekerja keras, melatih fokus, kreatifitas dan penuh
tanggung jawab. Mencari tim lain yang sedang bersembunyi juga melatih
bertanggung jawab dalam mengemban tugas dalam bentuk tintangan apa pun. Sedangkan,
bagi tim yang bersembunyi, salah satu praktik melatih anak menyelamatkan diri
dari bahaya secara bersama-sama. Dari permainan tersebut, kita dapat
menyimpulkan ada sebuah dorongan untuk mewujudkan rasa kebersamaan, kefokusan,
kekreatifitas anak-anak.
Masih Iswinarti, bliau melihat
permainan tradisional yang berupa game punya nilai manfaat terhadap
perkembangan fisik-motorik, intelektual, sosial ekonomi, emosional dan
kepribadian anak. Dalam pernelitian itu menemukan, permainan tradisional punya
nilai-nilai sosial dan psikologis yang tinggi, tetapi ada beberapa kendala yang
akan dialami dalam menerapkan kembali permainan ini pada anak.[2]
Sebuah buku cara mendidik anak
Judul : Didiklah Anakmu Ala Rasulullah
Penulis : Ukasyah Habibu Ahmad
Penerbit : Diva Prees
Lokasi : Jawa Tengah
Harga : Rp30.000 (belum ongkir)
Yang berminat, silakan hubungi WA/SMS: 083134444778; atau langsung di marketplace: https://www.tokopedia.com/altair-bookstore/didiklah-anakmu-ala-rasulullah?m_id=14204251
Terima Kasih Telah Berkunjung
Jika mengutip harap berikan link DOFOLLOW yang menuju pada artikel Permainan Tradisional vs Game Modern ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatian anda
Jika mengutip harap berikan link DOFOLLOW yang menuju pada artikel Permainan Tradisional vs Game Modern ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatian anda
0 Response to "Permainan Tradisional vs Game Modern"
Posting Komentar