Cara Menyayangi Anak Paling Tepat
Sumber Ilustrasi: www.ubaya.ac.id |
Berangkat dari sebuah kasus orang tua
yang terlalu memanjakan anaknya dengan sebuah gadget dan sejenisnya, mimin jadi tegerak untuk mengangkat tema ini. Sebab,
tak jarang mimin temukan anak-anak mereka yang masih berusia dini 4-8 tahunan
lebih dominan bermain teknologi tersebut daripada hal-hal yang lebih produktif.
Pada satu kesempatan, mimin bertemu para
orang tua anak-anak tersebut dengan berbagai percakapan seputar pendidikan anak
di era globalisasi. Terlebih, bagaimana cara mengawasi anak ketika memanfaatkan
teknologi, misalkan, menonton tv, bermain gadget dsb. Sebab, dari semua jenis
teknologi tersebut merupakan sebuah system yang memang memudahkan komunikasi dari
satu peradaban untuk membentuk pertukaran budaya dan tradisi yang kemudian menjadi
system integrasi dunia kemajuan.
Memang sih, globalisasi itu mempunyai
daya tarik untuk kemajuan masa depan generasi. Akan tetapi, di sisi lain, kita juga
mempunyai tantangan berat untuk perkembangan pendidikan anak-anak kita. Terlebih,
bagi pendidikan anak yang masih sangat peka akan sesuatu, yang masih sangat
memerlukan tuntunan orang tua ke arah yang lebih efektif untuk menunjang struktur
sosio-emosional dan mental. Globalisasi di era ini sangat mudah mempengaruhi
lingkungan sebab alat canggih semakin mudah bak sebuah hidangan di atas meja
makan. Kita tinggal siap santap kapan pun saja dan sesuai keinginan. Kita jika
tidak memanfaatkannya sebaik-baik mungkin, malah justru mengakibatkan gagal penyuburan
otak dan karakter anak.
Dikupas dari sebuah situs, bahwa tujuh tahun pertama merupakan fase golden age (usia emas) setiap anak. Dimana pada usia ini, satu-satunya otak yang baru berkembang sempurna adalah "otak reptil" yang juga dimiliki oleh hewan. Karakteristik dari otak reptile ini adalah kemampuan pertahanan dari anak dari ransangan. Hasil buah penelitian mengatakan bahwa sekitar 50% kepabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi pada usia 4 tahun, 80% terjadi pada usia 8 tahun, dan mencapai titik tertinggi pada usia 18 tahun (Direktorat Paud, 2004).1
Bagaimana dengan anak masih berusia
empat sampai delapan tahun terlalu dimanjakan dengan gadget? Bermain gadget atau game sah-sah saja jika
terpaksa demi menghibur anak. Sebab, bemain adalah memang masa-masa kesukaan
anak dini. Akan tapi, jika berlebihan, justru akan menimbulkan efek negatif. Bermain
gadget atau game secara terus menerus akan mengurangi rasa simpatik terhadap
pelajaran dan lingkungan sekitar. Sehingga, ia akan mengalami penurunan
sosio-emosional dan mental. Dia akhirnya akan terlibat dalam imajinasi dangkal
atau tidak berkembang.
Yang lebih krusial lagi, jika anak di
usia masih sensitif tersebut sudah pintar membuka konten-konten di internet.
Bahkan, ada sebagian orang tua terlalu membolehkannya agar anaknya tidak
gaptek. Yes, sah-sah saja. Asalkan orang tua terus mendampinginya sehingga anak
tersebut tetap di arah yang tepat. Jika ia suka main game, arahkan game yang
mendidik, misalkan game huruf abjad atau seputar animasi yang membangun daya pikir
kreativitas. Jika ia suka menonton video kartun, arahkan menonton acara yang
menuntun kebaikan.
Anak dini akan lebih cenderung rasa
penasaran akan sesuatu. Tak mustahil jika ia akan terus mengikuti rasa
keingintahuan hingga mencapainya secara otomatis. Akan tetapi, terkadang sebagian
orang tua justru bangga anaknya sudah mampu mengotak-atik situs-situs yang kurang
baik bagi pertumbuhan otak anaknya. Bisa berinternet dianggap sudah punya skill
sedini mungkin. Padahal sesungguhnya, hal ini merupakan satu cara mendidik yang
kurang tepat. Sebab, di dunia internet tidak seutuhnya menampilkan konten-konten
yang positif. Selebih konten positif, tak sedikit pula muncul secara otomatis
penampilan iklan-iklan game atau gambaran yang sangat tak layak dikonsumsi anak-anak.
Misalkan, konten atau game yang bermodus pornografi sampai kriminalitas.
Nah, mengingat kembali obrolan kami
di atas, kenapa mereka memanjakan anaknya dengan gadget, bahkan sampai ada yang
rela mengeluarkan isi dompet demi memfasilitasi anaknya main game? Karena,
mereka didominasi pemikiran jangka pendek daripada jangka panjang. Yang terpenting,
anak-anak mereka saat ini bermain dengan tenang, sekalipun mereka bermain secara
continue. Seakan, tindakan tersebut dianggap
tidak serius. Jika anak di usia dini tersebut hanya dimanfaatkan hanya untuk bermain,
mereka tidak mempunyai modal harapan masa depan yang lebih produktif. Karena,
perkembangan otak anak tersebut hanya berjalan di tempat.
Bagaimana cara menyayangi anak paling tepat, Sahabat Paragraf? Jawabannya simple saja, jangan terlalu
memanjakan anak dengan gadget atau sejenisnya. Sebab, masa depan mereka hanya dapat
ditentukan hari ini.*
Sebuah buku cara mendidik anak
Judul : Didiklah Anakmu Ala Rasulullah
Penulis : Ukasyah Habibu Ahmad
Penerbit : Diva Prees
Lokasi : Jawa Tengah
Harga : Rp30.000 (belum ongkir)
Yang berminat, silakan hubungi WA/SMS: 083134444778; atau langsung di marketplace: https://www.tokopedia.com/altair-bookstore/didiklah-anakmu-ala-rasulullah?m_id=14204251
Terima Kasih Telah Berkunjung
Jika mengutip harap berikan link DOFOLLOW yang menuju pada artikel Cara Menyayangi Anak Paling Tepat ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatian anda
Jika mengutip harap berikan link DOFOLLOW yang menuju pada artikel Cara Menyayangi Anak Paling Tepat ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatian anda
Terimakasih atas kunjungannya. Salam silaturrahmi.
BalasHapushttp://www.paragraf.online/2018/09/cara-menyayangi-anak-sesungguhnya.html?m=1
BalasHapus